“Korupsi
memang seperti tak mati-mati, bahkan makin gila,” ungkap Mochtar Lubis. Ya.
Setiap negara memang tidak ada yang lepas dari kasus korupsi yang dilakukan
oleh para politisi. Tidak terkecuali Indonesia. Belakangan ini, justru
sepertinya semakin banyak politisi-politisi di Indonesia yang terbukti
melakukan praktek korupsi. Terlepas dari Indonesia, Kenya ternyata memiliki
keadaan yang lebih buruk daripada Indonesia.
Pemerintah korupsi,
tidak mau membayar pajak, dan tidak peduli. Masyarakat Kenya semakin lama
justru semakin miskin dan terpuruk sementara pemerintah semakin kaya dan makmur
sembari memakan uang rakyat. Seumpama burung bangkai yang hidup dengan memakan daging
bangkai yang sudah membusuk. Puncaknya yaitu saat terjadi kekerasan massal pada
pemilihan umum terakhir, Desember 2007 lalu.
Lahir pada 10
Juli 1983, Boniface Mwangi (29), mantan jurnalis foto dan warga negara Kenya
adalah salah seorang dari ribuan, bahkan jutaan masyarakat Kenya yang
menginginkan perubahan, dan berani untuk melakukan tindakan. Ayah dari tiga
anak ini menjadi aktivis sebuah gerakan revolusi yang bernama “Ballot
Revolution”. Sebelum menjadi aktivis, dia bekerja sebagai jurnalis foto bersama
Elijah Kanyi. Pada 2007, saat kekerasan massal terjadi, Mwangi lah yang
bertugas untuk mengambil foto keadaan saat itu. Foto yang diambilnya sangat
banyak dan foto-foto yang diambilnya membuatnya mendapat beberapa penghargaan.
Namun, pada akhirnya Mwangi juga adalah seorang manusia biasa yang mengenal
rasa takut. Temannya sempat menanyainya bagaimana perasaannya saat mengambil
foto kekerasan pada 2007 lalu, dan dengan jujur dia menjawab, “Berat. Saya
takut pada saat itu, tapi saya datang untuk melakukan pekerjaan saya.”
Akibat dari
kekerasan massal tersebut, lebih dari 1.100 orang yang meninggal, dan sekitar
600.000 orang terlantar. Mwangi tidak tahan dengan keadaan saat itu. Dia menginginkan
perubahan. Maka dengan bantuan teman-temannya yang memiliki satu tujuan,
dimulailah “Ballot Revolution”. Dimulai dari menggambar berbagai macam graffiti di dinding-dinding publik yang
mudah dilihat oleh masyarakat. Gambar yang mereka buat adalah tentang bagaimana
masyarakat Kenya yang menginginkan sebuah sosok yang kredibel dan layak untuk
memimpin negara tercinta mereka itu.
Mereka juga
menggambarkan kondisi mereka saat ini. Sosok parlemen mereka gambarkan sebagai seekor
burung bangkai besar memakai jas yang duduk dengan seulas senyum bangga. Ada borgol
yang terpasang di tangan kanannya dan sisi borgol yang lain terpasang pada
sebuah koper berisi penuh dengan uang. Tangannya yang sebelah kiri memegang
gelas anggur yang menggambarkan kekayaan dan kekuasaan yang dia miliki. Sementara
itu, kakinya menginjak seorang manusia yang tidur tengkurap seolah-olah manusia
itu adalah alas kaki supaya sepatunya tidak kotor. Di samping gambar burung
bangkai besar itu, terdapat balon percakapan yang diarahkan ke burung bangkai
tersebut. Tulisan yang terdapat di dalam balon percakapan itu adalah, “...Adalah
seorang pemimpin suku. Mereka menjarah, memerkosa, membakar, dan membunuh dalam
perlindunganku. Aku mencuri pajak mereka, mengambil wilayah, tapi orang-orang
idiot itu akan tetap memberikan suara mereka untukku.”
Tentu saja
banyak resiko yang harus mereka hadapi dalam melakukan aksi seperti ini, dan
nyawa merekalah taruhannya. Rasa takutpun pasti menghantui setiap aktivis
gerakan ini. Namun, semangat perubahan yang ada di dalam diri mereka membuat
mereka tetap setia dalam melakukan gerakan ini.
Mwangi sempat
ditahan selama beberapa hari akibat aksi graffiti
yang mereka lakukan saat itu. Namun, untungnya dia dilepaskan juga pada
akhirnya tanpa dikenakan biaya apapun. Setelah itu dia
sempat kembali ke pekerjaannya yang semula dan hal tersebut membuatnya sempat
stress dan tertekan, bahkan dia sempat berpikir untuk bunuh diri karena
pekerjaannya membuatnya harus menutupi perbuatan para “penjahat” itu. Tapi
setelah itu dia berpikir, “daripada bunuh diri, kenapa saya tidak berhenti saja
dari pekerjaan saya?”
Mwangi setelah
itu sadar bahwa dia telah mengambil begitu banyak foto yang memiliki kekuatan,
dan bisa digunakan untuk membangkitkan semangat yang sama dengan masyarakat
Kenya lainnya. Dari situlah pameran jalanan Picha Mtaani lahir. Mwangi
mengumpulkan semua foto yang telah dia ambil, lalu dicetak dalam ukuran besar agar
dapat dilihat dengan jelas oleh masyarakat Kenya lainnya dalam pameran jalanan
tersebut. Lebih dari 700.000 orang telah melihat pameran tersebut. Reaksi yang
timbul tentu pro dan kontra. Tidak sedikit yang menitikkan air mata begitu
melihat foto-foto tentang kekerasan massal pada 2007 lalu, tetapi ada juga rakyat
yang berkata, “Seharusnya mereka tidak membawa foto itu ke sini.”
Setelahnya pun
banyak kegiatan yang telah dilakukan oleh gerakan yang dipimpin oleh Mwangi
termasuk menggambar graffiti dan
Picha Mtaani. Salah satu kegiatan yang juga begitu berkesan adalah ketika
mereka mengumpulkan 49 peti mati, di mana peti mati tersebut mewakili kekebalan
hukum yang telah dinikmati para politisi sejak kemerdekaan. Permukaan peti mati
yang telah mereka kumpulkan itu mereka beri gambar burung bangkai, dan di
bawahnya tertulis, “Kubur burung bangkai dengan memberikan suara.” Menurut
Njeri Mwangi, istri dari Boniface Mwangi, yang mereka kubur itu seharusnya
bukan burung bangkainya, bukan para anggota parlemen, tetapi dosa, kejahatan,
dan hal-hal buruk lainnya lah yang mereka kubur. Karena itu, pada peti mati itu
dituliskan juga berbagai macam skandal politik. Mereka lalu membawa peti mati
ini ke gedung parlemen. Demonstrasi berjalan lancar, namun ada saja miscommunication yang terjadi dalam
gerakan tersebut, membuat Mwangi kewalahan.
Berbagai macam
kegiatan dari “Ballot Revolution” yang dipimpin Mwangi mungkin memberikan
dampak yang baik bagi masyarakat Kenya. Setidaknya mereka sudah berusaha menciptakan perubahan melalui gerakan mereka.
Tapi mereka juga harus siap untuk kecewa jika hal yang mereka harapkan justru
tidak tercapai. “Kita tidak boleh kehilangan harapan. Perubahan tidak datang
dalam semalam. Mungkin apa yang saya kerjakan hari ini akan diselesaikan anak
saya. Tapi saya berdoa supaya perubahan itu terjadi secepatnya,” ujar Mwangi.
Salah satu graffiti yang dibuat Mwangi sumber: http://gaianarchaos.files.wordpress.com/2012/03/kenya-graffiti-protesters.jpg |
Pameran foto di jalanan (Picha Mtaani) sumber: http://www.aljazeera.com/mritems/images/2012/10/17/2012101792318679337_8.jpg |
sumber: http://www.aljazeera.com/mritems/images/2012/10/17/201210179231870516_8.jpg |
Gerakan dengan menggunakan peti mati sumber: http://s.wsj.net/public/resources/images/OB-TO432_062812_J_20120628143654.jpg |
sumber: http://api.ning.com/files/soM38OzNnQo6kCfi0K2WdGfp1vIoFGjosqqitwZVv6liSFFGgyH6fyIfQBPBAwvMM0FEuu*C-So4ElOj4TB308TLC8HGGALX/vulture3.png |
Wenny Lovenza
Anastacia/11140110128
UMN - Penulisan Feature
Sumber: http://www.aljazeera.com/programmes/activate/2012/10/2012109105826591968.html
Kalimat awalnya dikira mau cerita tentang Indonesia. Jangan lupa cantumkan kredit fotonya.
BalasHapusOke Pak. Makasih masukannya :)
BalasHapus